Welcome

A simple, unique, and educated blog

Rabu, 26 Januari 2011

Kisah Gadis Chili Selamatkan Pulaunya Dari Tsunami

Quantcast
Kisah Gadis Chile Selamatkan Pulaunya dari Tsunami gempa bumi chile (reuters)
Jakarta (ANTARA News) – Pukul enam pagi di sebuah pulau terpencil di Lautan Pacifik, hanya sedikit orang yang abai dengan peringatan mengenai bakal datangnya gelombang tsunami, ketika kapal-kapal ikan bermuatkan lobster bergoyang liar, lalu saling beradu dalam goncangan. Itu adalah pertanda datangnya tsunami menyusul Gempa Chile yang kemudian mengoyak Pulau Robinson Crusoe, sekaligus ikatan sosial diantara komunitas nelayan di situ. Akibat kerusakan pada sitem peringatan dini tsunami, kampung satu-satunya di pulau itu harus bergantung pada belas kasihan gelombang yang tengah datang menghantam. Namun, Tuhan menurunkan mukzizatnya, lewat campur tangan seorang gadis kecil berumur 12 tahun yang akhirnya menyelamatkan 650 penduduk pulau itu. Martina Maturana, puteri petugas polisi setempat, sedang berada di rumah ketika dia merasakan getaran dasyat itu, lapor surat kabar Chile, La Tercera, yang kemudian ditulis ulang oleh harian Inggris, The Independent, edisi 3 Maret. Ayahnya sedang menelefon ke Chile daratan ketika Martina melompat ke
luar lewat jendela berlari sejauh 400 meter ke alun-alun kota untuk
membunyikan lonceng tanda bahaya dan membangunkan seisi pulau dari
tidurnya.
Martina tidak tahu sandi bahaya untuk membunyikan lonceng itu.
Seharusnya dua kali untuk kebakaran dan tiga kali untuk longsor. Yang
jelas, tindakan sigap si gadis cilik telah menolong penduduk
menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
Peringatan itu memberi mereka kesempatan untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk evakuasi yang dipasang dalam situasi darurat seperti
itu dan penyelamatan dari gelombang raksasa yang dipicu oleh Gempa
Chile.
Beberapa menit kemudian gelombang dasyat menghantam pulau itu dan
merangsek masuk ke pedesaan sejauh 300 meter untuk menghancurkan
pemukiman, sekolah, dan menewaskan delapan orang.
Delapan warga lainnya terluka parah dan dievakuasi dari pulau itu,
tetapi jauh lebih banyak yang selamt dan harus bersyukur karena campur
tangan si gadis cilik.
“Kami menyingkir dan tiga menit kemudian air laut naik sampai 20
meter dan gelombang besar menghantam rumah saya,” kata seorang warga
kepada satu saluran televisi Chile, sambil berdiri di atas bongkahan
kayu dan puing rumahnya yang berserakan.
“Saya mendengar kayu-kayu rumah saya berderak, lalu bagian ini jatuh dan ganasnya laut kemudian menghanyutkan seluruh rumah.”
Cerita yang diterima dari pulau itu adalah sebuah potongan kisah
unik yang tersiar setelah empat hari bencana gempa 8,8 skala richter
yang menewaskan 800 orang terutama, wilayah daratan Chile di bagian
selatan tengah negara itu.
Pulau Robinson Crusoe, yang terbesar dari tiga pulau di Kepulauan
Juan Fernandez, dinamai untuk menghormati marinir Skotlandia, Alexander
Selkirk yang mengilhami cerita klasik karya sastrawan Daniel Defoe itu.
Sedikit cerita datang dari pulau paling utara di kepulauan berisi
tiga pulau itu –Pulau Selkirk– tempat 40 orang dari Pulau Robinson
Crusoe biasanya menetap selama delapan bulan dalam setahun untuk
mencari ikan dan sedang berada di sana ketika tsunami menerjang.
“Dusun kecil itu terletak di sisi timur pulau dan sepertinya
benar-benar ditelan gelombang tsunami,” kata Dr. Peter Hodnum, pakar
biologi konservasi dari Amerika Serikat yang telah sepuluh tahun
bekerja dan mengelilingi pulau itu. “Saya tidak yakin mereka mendapat
peringatan sebelumnya.”
Tayangan-tayangan televisi mempertontonkan kehancuran pesisir Pulau
Robinson Crusoe dengan rumah-rumah hancur dan puing-puing terapung di
tepi pantai.
“Ini daerah tandus yang kosong. Semuanya hancur. Sebuah sekolah,
taman kanak-kanak, kantor pemerintah daerah, gereja, pusat budaya,
beberapa rumah, dan sebagian besar pertokoan, semuanya hancur,” jelas
Hodnum.
Kepala daerah pulau itu, Leopold Gonzales, mengatakan kapal angkatan
laut telah tiba dengan obat-obatan dan perlengkapan penyelamatan,
tetapi masih banyak orang yang belum ditemukan.
Banyak warga marah karena tidak adanya peringatan dini tsunami. “Kita tak bisa (terus) tergantung kepada seorang gadis cilik,” sindir seseorang di laman resmi koran La Tercera. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar